Sudah lama saya tidak membaca buku, bermain nada, atau benar-benar mencari media untuk menggoreskan rasa. Apa saya ini. Saya rindu masa sekolah dulu, sengatan ide membuncah dengan mudahnya. Kebebasan dengan bumbu kanak-kanak tanpa pikir panjang. Pikiran pendek, saya tahu. Sekarang apa saya ini.
Menjadi orang dewasa dan mengikuti aturan bisa jadi membosankan. Tawa-tawa keras dan panjang tergantikan dengan tawa yang terlalu santun. Itu cukup untuk menjauhkan diri dari masalah. Namun, tidak bisa menggantikan sesuatu yang hilang.
Saya rindu teman-teman saya yang dulu. Tapi, teman-teman itu sudah tidak ada lagi. Perlahan semua menjadi orang dewasa, memperbanyak tawa santun kita, meski sekali-kali kita ulangi lagi tawa keras kita yang dulu.
Saya rindu kebebasan saya yang dulu. Kebebasan yang saya pun bingung mencari padanan kata yang pas. Bukan yang semena-mena urakan tanpa tanggung jawab. Kebebasan yang tidak mengotakkan diri menjadi apa yang membebaskan rasa di dalam jiwa. Saya tetap tidak bisa menjelaskannya. Tapi setidaknya saya mencoba sedikit tuliskan.
Menjadi orang dewasa dan mengikuti aturan bisa jadi membosankan. Tawa-tawa keras dan panjang tergantikan dengan tawa yang terlalu santun. Itu cukup untuk menjauhkan diri dari masalah. Namun, tidak bisa menggantikan sesuatu yang hilang.
Saya rindu teman-teman saya yang dulu. Tapi, teman-teman itu sudah tidak ada lagi. Perlahan semua menjadi orang dewasa, memperbanyak tawa santun kita, meski sekali-kali kita ulangi lagi tawa keras kita yang dulu.
Saya rindu kebebasan saya yang dulu. Kebebasan yang saya pun bingung mencari padanan kata yang pas. Bukan yang semena-mena urakan tanpa tanggung jawab. Kebebasan yang tidak mengotakkan diri menjadi apa yang membebaskan rasa di dalam jiwa. Saya tetap tidak bisa menjelaskannya. Tapi setidaknya saya mencoba sedikit tuliskan.
Komentar
Posting Komentar