Sigh.. Bobok dooongg.. Saya capek badan nih. Mungkin lagi banyak yang berseliweran di pikiran juga. Pms mungkin. Saya sebenarnya paling tidak suka pakai alasan pms sebagai alasan saya boleh bersikap semena-mena. Tapi gejolak hormon ini, saya gak bisa boong, bisa bikin saya gila kadang-kadang. :(
Malam ini mata saya lagi-lagi bengkak. Menangis lagi. Tapi saya bukan sedih, tapi saya seperti mengeluarkan emosi-emosi yang sudah lama dipendam. Malam ini saya ditelpon dan menelepon si mas. Obrolannya sederhana. Saya malah sering diledek karena kebanyakan diam. Hueee. Nyoooo.... Tapi berhubung indosat sedang tidak bersahabat, alias sinyal saya hilang yaa terpaksa berhenti. Gsm dan gprs. Setelah sedikit merayu-rayu henpon saya dengan meng-on/off-kannya, akhirnya muncul juga sinyalnya dan dilanjutkan dengan chatting via ym.
Chatting, di monitor mini ini (lagi). Nah, lama-lama obrolannya mulai menyentil hal yang cukup sensitif buat pribadi saya. Sebenarnya gak ada maksud juga mengarah ke hal tersebut, tapi tiba-tiba terjadi begitu saja. Buat saya, saya seperti sedang menjalani hal baru lagi. Dari nol. Belajar saling mengenal dari awal. Saya punya kekhawatiran lagi-lagi saya melakukan hal yang tidak sesuai dengan karakter si mas ini. Atau mungkin semacam kekhawatiran divonis "lagi-lagi bukan saya". Hmm, sebenarnya saya merasa sering ditolak oleh orang lain, dan pernah melewati penolakan yang cukup berat. Hahaha! Penolakan paling mendasar, penolakan atas pribadimu sendiri. Saya cuma ingin diterima apa adanya. Mungkin saya aneh, mungkin saya tolol, mungkin saya egois. Tapi saya cuma ingin jadi saya. Keras kepala ya? Tapi yaa sesederhana itu.
Dia bilang "just be yourself". Sebenarnya kalimat ini memicu banyak pertanyaan dalam pikiran saya. Tapi saya gak sempet mikirin itu. Yang ada air mata saya membuncah dan saya menangis. Mewek. Ya, saya memang cengeng. Dasar bandel, karena kata orang saya paling tidak bisa menyembunyikan emosi. Fyuuh. Emosi ikut-ikutan membuncah seperti air mata saya.
"I love you what you are..."
Sejujurnya saya tidak benar-benar percaya ketika pertama kali membacanya. Selain itu, kalimat ini pun memicu banyak pertanyaan buat saya. Tapi, sebelum saya sempat berpikir banyak sekali pertanyaan yang terpicu, saya terdiam, tidak tau harus bicara apa (sambil bercucuran air mata). Lantas, saya berterima kasih ada yang mau berusaha menerima saya. Saya yang seperti ini.
Sekarang, pertanyaan-pertanyaan yang ada di benak saya simpan untuk diri saya. Akan saya balik semua pertanyaan itu untuk saya jawab sendiri. Karena saya harus adil, untuk saya sendiri dan untuk si mas, dan untuk kami berdua.
Sayangnya, flow obrolan sudah naik si mas malah ketiduran, lalu minta ijin tidur duluan. Saya sempat kesal. "Dasar cowok", itu kata-kata di benak saya saat itu. Padahal, sebelumnya saya baru saja bilang, "kalau ada sesuatu bilang ya. Jangan diam/boong". Akhirnya, saya pun memutuskan untuk diam dulu. Saya harus belajar me-manage emosi saya.
Ternyata, setelah saya diam saya berpikir. Ini bagian dari menjawab pertanyaan yang saya balik untuk diri saya sendiri. Selain itu, saya merasa saya mulai menjalani sesuatu yang nyata. Pengalaman saya sih, di dalam hubungan antar individu kalau semuanya mulus itu tidak sehat. Masalah itu benturan karena ada usaha saling menyesuaikan. Jadi, saya pikir saya syukuri saya saya sebal sama si mas ini. Saya jadi sedikit lebih tau dia. Heeits, tapi ini masih masalah super sepele. Ingat, ini semua baru saja dimulai.
*grr, masih gak ngantuk juga. Padahal udah sampe nulis panjang lebar gini*
-___-"
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Komentar
Posting Komentar