Langsung ke konten utama

how to get a perfect kebaya

saya percaya kriteria nomer satu memilih kebaya itu harus cocok desainnya. nggak sreg kalo pake baju yang gak sesuai selera. lalu, khusus dari obrol-obrol, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan membedakan kebaya-kebaya itu terlepas dari range harga yang ditawarkan vendor-vendor itu, yaitu:
1. payet dan sulam. ada yang bisa bikin payet halus ada yang nggak.
2. bustier. mantap atau nggak dipake.

lalu, poin tambahan yang baru saya dapet belakangan itu:
3. bahan kebaya. kalo kita bisa bikin kebaya dengan bahan yang murah dan hasilnya bagus pasti seneng kan? tapi setelah ngebanding-bandingin foto-foto kebaya jadi dan survey ke toko bahan (yang sudah dipilih-pilih kualitasnya), saya jadi ngerasa mesti pinter-pinter cari bahan. jadi buat saya, trik mencari bahan itu:
- pilih yang nggak gatal dan gerah kalau dipake
- pilih warna yang elegan dan cocok warna kulit. biasanya kalo range harganya murah, tone warnanya kurang bagus. entah gonjreng atau nggak pas. jangan sampai keliatan murahan kalo udah jadi.
- motif brokat. dari range harga murah dan mahal motifnya beda-beda. ada yang rapat, ada yang renggang, tergantung kebutuhan. desain motif juga masalah selera. ada juga brokat yang mahal tapi motifnya kurang oke. ada juga yang lebih murah malah lebih oke.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

It's been like 2 years?

I just finished skimming my post up to end 2012. Before getting married, and after marriage life up to last post before this. I didn't realized my post before marriage are mostly stories about a girl who tried so hard to get out of her miserable life with dark clouds inside her head facing her series of unfortunate events (I intended this blog to chute out those unnecessary garbage). After the wedding, honeymoon phase. Mmm, it was that fun, though. But, since I know this blog has other reader I tried to cover my bad stories. Wasn't like how I intended this blog to. After baby and few jobs, well, my life is actually getting better but still focus on my miserable life! (and list of hopes too) Last one, I wrote so many "haha" after a sentence that I think awkward, which now I find it annoying. Ha! (not haha)  I thought I was a positive person. But, it seems just to cover things up.  Even "let's giggle" this blog tagline is a survival, convincing my life

grown up

Maybe someday, you will learn, you will understand, you will accept everything, and eventually you will grown up. But never in my time, never in my space and time dimension. Maybe you'll always be a kid for me. dan saya dulu terus-menerus menilai anda terlalu tinggi.

sad part of a happy thought

Ada sisi yang bisa membuat saya merasa sedih dari hal yang menyenangkan. Kangen dengan seseorang itu membahagiakan, sesuatu yang patut disyukuri. Kadang, saya bilang "pengen bareng", atau "pengen ada di sana", atau semacamnya. Tapi, lama-lama saya malah jadi sedih karena saya tahu saya gak bisa melakukannya. Saya (jauh) lebih banyak mengucapkannya ketimbang melakukannya. Beberapa kali saya urung mengatakannya. Jadi, saya simpan dalam hati saja. Rasanya omong doang. Dalam setahun saja, mungkin saya 'hanya' 5 kali bertemu dengannya. Pertemuan 1-2 hari menjadi sangat berharga. Hal ini sedikit membuat gusar, kadang. Tapi, harus bagaimana? Harusnya saya bisa lebih ikhlas untuk lebih banyak hal ya? Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT