Langsung ke konten utama

mengarang bebas

sekarang saya sedang menulis bebas. agak lucu juga ya membiarkan saya mengetik tanpa agenda khusus. permasalahan menulis seperti ini kalau pikiran saya 2x, 5x, 10x, atau berapapun kali lebih cepat daripada kemampuan mengetik saya. saya bisa lupa. saya tadi melihat-lihat blog tentang orang-orang yang senang mengerjakan prakarya-prakarya yang entah mereka dapat ide dari mana. Menarik. Kadang saya berpikir, saya pengen deh hidupnya seperti hanya bikin prakarya setiap hari. Saya bebas memikirkan detail. Tidak perlu kesal punya terlalu banyak pekerjaan. 


Hmm, barusan saya ingat saya belum mengirimkan email ke bos saya. Yup, saya menyelesaikan pekerjaan saya setengah 9 malam. Ini membuat saya berpikir, saya ini bekerja atau mengabdi ke perusahaan. Ayolah, perusahaan 'itu' bisa kasih apa ke saya. Untuk sekarang ini, saya yakin saya bisa makan kenyang. Tapi sepertinya itu tidak cukup. Pengabdian, kalau punya tujuan yang lebih besar dan untuk khalayak ramai sepertinya terasa lebih worth it. Tapi, ini apa? Saya terlalu lelah.


Ah ya! Ternyata saya tidak sadar menuliskan tentang apa yang mengganggu pikiran saya akhir-akhir ini: kantor 'itu'. Kantor saya ini saya akan terus mengakui sebagai tempat saya ditempa habis-habisan, sampai secara harfiah saya habis. Haha! Tapi, jangan dianggap negatif dulu. Saya mencoba memberi penilaian yang lebih jujur dan adil. Saya kesal, yaa tapi itu my first training camp. Yup, camp. Bayangkan prajurit yang diperintahkan naik turun gunung, masuk hutan, lalu berenang menyeberang pulau. Terlalu berlebihan memang. Hehehe. Terserah apa katamu, anggap saja saya ini prajurit arsitektur itu. Hooohh... Membayangkan situasi seperti itu saja membuat saya lelah sesaat. Semoga apa yang saya dapat selama ini, lebih dari cukup untuk saya dengan umur dan kapasitas saya saat ini. Saya berharap bekal saya lebih banyak dari yang saya kira. Dimensi teknis? Semoga cukup.


Ouch! Saya sakit perut tiba-tiba. Tunggu ya, saya mau buang hajat dulu. 


Ternyata saya tidak hanya buang hajat. Saya sempat browsing dulu, turun ke bawah mengambil minuman, dan bla bla bla..


Sekarang ini saya sudah ber-skype lagi dengan si mas saya. Kenapa ya, akhir-akhir ini saya selalu kangen dia selalu. Ah ya! Karena saya sudah merasa terlalu jenuh, sampai-sampai saya berharap saya diculik saja sama si mas saya ini. Saya akan menjadi sandera yang menurut. Saya pastinya dengan senang hati dibawa ke tempat dia tinggal. Hua!


Hmmm, sudahlah. Saya sudah tidak ingin menulis lagi. Saya mau lihat si mas saya saja. Hihii. :p

Komentar

Postingan populer dari blog ini

It's been like 2 years?

I just finished skimming my post up to end 2012. Before getting married, and after marriage life up to last post before this. I didn't realized my post before marriage are mostly stories about a girl who tried so hard to get out of her miserable life with dark clouds inside her head facing her series of unfortunate events (I intended this blog to chute out those unnecessary garbage). After the wedding, honeymoon phase. Mmm, it was that fun, though. But, since I know this blog has other reader I tried to cover my bad stories. Wasn't like how I intended this blog to. After baby and few jobs, well, my life is actually getting better but still focus on my miserable life! (and list of hopes too) Last one, I wrote so many "haha" after a sentence that I think awkward, which now I find it annoying. Ha! (not haha)  I thought I was a positive person. But, it seems just to cover things up.  Even "let's giggle" this blog tagline is a survival, convincing my life

grown up

Maybe someday, you will learn, you will understand, you will accept everything, and eventually you will grown up. But never in my time, never in my space and time dimension. Maybe you'll always be a kid for me. dan saya dulu terus-menerus menilai anda terlalu tinggi.

sad part of a happy thought

Ada sisi yang bisa membuat saya merasa sedih dari hal yang menyenangkan. Kangen dengan seseorang itu membahagiakan, sesuatu yang patut disyukuri. Kadang, saya bilang "pengen bareng", atau "pengen ada di sana", atau semacamnya. Tapi, lama-lama saya malah jadi sedih karena saya tahu saya gak bisa melakukannya. Saya (jauh) lebih banyak mengucapkannya ketimbang melakukannya. Beberapa kali saya urung mengatakannya. Jadi, saya simpan dalam hati saja. Rasanya omong doang. Dalam setahun saja, mungkin saya 'hanya' 5 kali bertemu dengannya. Pertemuan 1-2 hari menjadi sangat berharga. Hal ini sedikit membuat gusar, kadang. Tapi, harus bagaimana? Harusnya saya bisa lebih ikhlas untuk lebih banyak hal ya? Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT