Langsung ke konten utama

what are souvenirs mean?

Apalah arti souvenir-souvenir kondangan itu..

Sungguh deh, kalo ngikutin mau ini itu, rasanya pengen ambil hal-hal yang lucu-lucu aja. bahkan sampe dibela-belain browsing sampe malem2/abis sahur padahal mata udh 1 watt dan ngirimin email ke suppliernya sampai ke negeri china. haiyah. ini bener.. china products, they cheap!

tapi ya semurah-murahnya benda-benda yang saya browsing itu tetep aja gak ada yang dibawah 1 dolar usd. udah gitu belum lagi nanti biaya pengirimannya, belum lagi kalo ada masalah di bea cukai. haiyaah. terlalu beresiko takut gak bisa sampai on time. itu artinya semua souvenir pasti diatas 10ribuan. Padahal di awal saya cuma mentargetkan paling mahal 10ribu untuk tiap souvenir.

oke, hal pertama yang saya pegang untuk suvenir kawinan itu yang penting mesti berguna ya sodara-sodara. Gak terlalu penting apa bendanya, yang penting berguna dan (diharapkan) bisa dipake sama yang nerima. alhasil, ini nih yang bikin saya bela-belain puter otak apa yaah dengan waktu yang ternyata sudah kurang 3 bulan.

pertama custom-made calendar. printing sama yang nyetak undangan. ternyata saya kecapean sampai rasanya malas bikin desainnya. kedua, berubah lagi jadi notes aja. tapi kok saya takut ya kualitas printing gak oke dan nantinya malah mahal (kurang ekonomis gitu). oiya, setelah memutuskan untuk nggak nyetak sendiri saya coba browsing di alibaba.com. pilihannya wow, banyak banget nemu barang "ajaib". ketiga, notes dengan cover dari bambu. si notes bambu ini sempet bikin saya kesengsem banget. tapi sayang, penawaran paling murah 1,75 dolar usd (sekitar 16ribu dengan kurs sekarang). kalaupun nawar, apa iya bisa turun jauh? saya juga ingat shipping costnya. next, jam weker ikea. ini idenya mas angga. menurut saya, ini ide bagus. bentuknya lucu, sederhana, ikea pula. murah sih 1,9 sgd (14ribu) hadeehh, kalo dikali 1000 mahal juga ya. setelah saya bilang sama mama saya, ternyata dia bilang cukup yang murah-murah aja, toh temen-temen papa kalo bikin kondangan juga souvenirnya gitu-gitu aja (yang menurut saya banyak "gak jelas" jadinya gak dipake dan menuh-menuhin lemari). :-/
dan, saya pun juga mencoba realistis dengan mencoba browsing dari supplier lokal (gatau juga sih produk lokal apa bukan, who knows).

Ngomong-ngomong masalah berguna dan bermanfaat bagi penerimanya, mungkin itu jadi hal subyektif banget. sampai saat ini souvenir yang saya pake cuma 3. frame foto ikea, tempat tisu kain batik, dan customized meteran. saya kira meteran bakal jadi benda yang cukup helpful buat arsitek, misalnya saya. tapi, ternyata teman saya di kantor yang duduk di sebelah saya tidak merasa benda itu berguna. menurut dia, meteran ini salah satu hal "gak jelas" lainnya. nah! ya kan? oya, yang saya suka dari frame dan tenpat tisu adalah: yang nikah gak nyantumin nama mereka. saya setuju banget, paling males pake benda yang ditulisin nama orang lain (mostly we don't really know karena dari kondangan ortu).

alhasil, sekarang yang ada di otak saya souvenirnya handuk/set sisir+kaca kayu yang kisarannya sekitar 3000-an. yak, jauh ya harganya sama ide2 awalnya. terus, tasbih untuk pengajian (kata mama ini perlu juga) dan entah kenapa saya kembali berpikir untuk cetak kalender di kain blacu. kepikirannya desainnya minta epen. tapi 2 months to go, sempet gak ya hadooh. ntar mahal juga lagi.

nah, disini nih dilemanya. antara pengen sesuatu yang bener-bener bisa dipake tapi harganya sedikit lebih mahal. mahal karena setidaknya harus dikali 1000. tapi ya balik lagi, ini gak jaminan 100% kalau semua penerimanya bakal make. atau, we surrender to budget. money jadi constraint, salah, daripada beli yang mahal yang juga gak ada jaminan 100% terpakai mending uang lebihannya untuk mengcover tagihan lain. tapi, minusnya souvenir lebih seperti formalitas. yang penting kita ngasih. yah, repot memang. pilihan itu cyin. jadi, bagaimana sodara-sodaa? paling enak emang punya duit gak berseri. hmmm, mungkin gak juga. mungkin jadinya malah ngegampangin duit. hmmm.. *sotoy*

btw, jawaban mama saya pas saya tanya berapa budgetnya adalah "gak usah dibatasi berapa, dilihat dulu barangnya gimana. tapi gak usah yang mahal-mahal. hmm oke, mari kita pecahkan misteri abad ini *drama*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

It's been like 2 years?

I just finished skimming my post up to end 2012. Before getting married, and after marriage life up to last post before this. I didn't realized my post before marriage are mostly stories about a girl who tried so hard to get out of her miserable life with dark clouds inside her head facing her series of unfortunate events (I intended this blog to chute out those unnecessary garbage). After the wedding, honeymoon phase. Mmm, it was that fun, though. But, since I know this blog has other reader I tried to cover my bad stories. Wasn't like how I intended this blog to. After baby and few jobs, well, my life is actually getting better but still focus on my miserable life! (and list of hopes too) Last one, I wrote so many "haha" after a sentence that I think awkward, which now I find it annoying. Ha! (not haha)  I thought I was a positive person. But, it seems just to cover things up.  Even "let's giggle" this blog tagline is a survival, convincing my life

grown up

Maybe someday, you will learn, you will understand, you will accept everything, and eventually you will grown up. But never in my time, never in my space and time dimension. Maybe you'll always be a kid for me. dan saya dulu terus-menerus menilai anda terlalu tinggi.

sad part of a happy thought

Ada sisi yang bisa membuat saya merasa sedih dari hal yang menyenangkan. Kangen dengan seseorang itu membahagiakan, sesuatu yang patut disyukuri. Kadang, saya bilang "pengen bareng", atau "pengen ada di sana", atau semacamnya. Tapi, lama-lama saya malah jadi sedih karena saya tahu saya gak bisa melakukannya. Saya (jauh) lebih banyak mengucapkannya ketimbang melakukannya. Beberapa kali saya urung mengatakannya. Jadi, saya simpan dalam hati saja. Rasanya omong doang. Dalam setahun saja, mungkin saya 'hanya' 5 kali bertemu dengannya. Pertemuan 1-2 hari menjadi sangat berharga. Hal ini sedikit membuat gusar, kadang. Tapi, harus bagaimana? Harusnya saya bisa lebih ikhlas untuk lebih banyak hal ya? Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT