Langsung ke konten utama

hari terakhir bulan ini (2)

yes, hari ini spesial. setiap hari memanglah hari yang spesial. saya baru hari ini masuk, senin kemarin saya bolos karena meriang menjelang flu dan pikiran butek. keluhan yang paling terasa kepala berat. mungkin saya memang butuh day off lebih banyak dari sekedar dua hari. mungkin, saya sedang merasa kewalahan diberi tanggung jawab 1 komplek perkantoran di pinggir jalan besar itu. mmmmh.. tapi, terima kasih buat long weekend dadakan pikiran saya pagi ini lebih fresh. saya mulai tahu apa yang mesti saya lakukan. meski sayangnya mas bos terlalu sibuk untuk bisa saya tanyai, karena saya bingung bagaimana menyelesaikan permasalahan desain saya. ya, hari ini dia tidak benar-benar membantu cuma ngasih clue yang saya sendiri bingung kemana arahnya. hahaha.

alasan spesial kedua, saya gajian. artinya itu waktunya menabung! ehm, ya sebenernya saya jadi punya sesuatu buat ganjel dompet saya. muahaha.

alasan spesial ketiga, saya ketemu epen si monsterbuaya setelah gak ketemu dua minggu karena dia menikah di jogja. aura si epen lain, kok jadi lebih lembut ya, bahagia deh pokoknya. hehehe. emang gitu ya orang abis nikah? mmm.

alasan spesial keempat, saya naik angkot dari kantor sampai rumah. gak ada yang spesial dari angkot sih. tapi, akhirnya saya ngerasain bener-bener satu perjalanan penuh. biasanya masih ada yang bisa ditebengi, lalu saya nyambung dengan angkot. untuk sampai ke rumah, saya 3 kali ganti angkot plus sekali naik becak dari depan komplek. sebenernya bisa sih dua kali saja ganti angkot, tapi rutenya terlalu muter-muter. jadi total sekali jalan 11ribu (2000 utk masing-masing angkot dan 5000 untuk becak). oke, bisa sih 6000 aja tapi saya rasanya capek. oke, mari pakai hitungan pukul rata. andaikan saya setiap hari pergi naik angkutan umum, sehari saya habis 22ribu. kalau sebulan 22rb x 30 = 660rb. angka ini kurang lebih sama dengan uang bensin saya bulanan untuk setiap hari pp kantor-rumah dan jalan-jalan pas weekend (tapi gak termasuk uang untuk parkir). tapi jujur, bawa kendaraan sendiri memang tidak lebih baik karena mobil saya memakai bahan bakar minyak dan mengeluarkan emisi. tapi, saya masih lebih memilih bawa mobil sendiri karena alasan fleksibilitas untuk mobilisasi (baca: gampang kalo mau jalan-jalan) dan tidak terlalu capek dibandingkan naik angkot. rasanya naik angkot butuh energi lebih, belum lagi kalau ngetem butuh waktu lebih. sebenernya saya lebih suka naik angkutan umum ketimbang bawa mobil sendiri kalau kondisinya sudah seperti singapura. *alasan* ahahhaha. oya, otak saya jadi agak kepake mikirin masalah angkutan publik di jakarta. jadi analis amatir. sambil ngira-ngira, kalau saya ambil kuliah transportasi. apa ya topik thesisnya?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

It's been like 2 years?

I just finished skimming my post up to end 2012. Before getting married, and after marriage life up to last post before this. I didn't realized my post before marriage are mostly stories about a girl who tried so hard to get out of her miserable life with dark clouds inside her head facing her series of unfortunate events (I intended this blog to chute out those unnecessary garbage). After the wedding, honeymoon phase. Mmm, it was that fun, though. But, since I know this blog has other reader I tried to cover my bad stories. Wasn't like how I intended this blog to. After baby and few jobs, well, my life is actually getting better but still focus on my miserable life! (and list of hopes too) Last one, I wrote so many "haha" after a sentence that I think awkward, which now I find it annoying. Ha! (not haha)  I thought I was a positive person. But, it seems just to cover things up.  Even "let's giggle" this blog tagline is a survival, convincing my life

grown up

Maybe someday, you will learn, you will understand, you will accept everything, and eventually you will grown up. But never in my time, never in my space and time dimension. Maybe you'll always be a kid for me. dan saya dulu terus-menerus menilai anda terlalu tinggi.

sad part of a happy thought

Ada sisi yang bisa membuat saya merasa sedih dari hal yang menyenangkan. Kangen dengan seseorang itu membahagiakan, sesuatu yang patut disyukuri. Kadang, saya bilang "pengen bareng", atau "pengen ada di sana", atau semacamnya. Tapi, lama-lama saya malah jadi sedih karena saya tahu saya gak bisa melakukannya. Saya (jauh) lebih banyak mengucapkannya ketimbang melakukannya. Beberapa kali saya urung mengatakannya. Jadi, saya simpan dalam hati saja. Rasanya omong doang. Dalam setahun saja, mungkin saya 'hanya' 5 kali bertemu dengannya. Pertemuan 1-2 hari menjadi sangat berharga. Hal ini sedikit membuat gusar, kadang. Tapi, harus bagaimana? Harusnya saya bisa lebih ikhlas untuk lebih banyak hal ya? Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT