Langsung ke konten utama

ramadhan

Ramadhan kali ini hampir terasa sama saja. Biasanya diluar ramadhan, hati saya cukup fluktuatif. 

Pelan-pelan akhir ini saya merasa pikiran dan hati saya semakin tenang setelah saya mengalami perubahan besar dalam hidup saya, pergi ke india, dan perlahan mengumpulkan diri saya kembali. Emosi saya sekarang jauh lebih stabil. Tapi, tetap saja ramadhan kali ini pun emosi saya tetap lebih tenang.

Kali ini saya ada proposal baru. Kalau tahun lalu tentang memaafkan dan menerima, tahun ini saya mau belajar menyeimbangkan antara duniawi dan spiritual saya. Dunia saja ada pekerjaan, teman&keluarga, keinginan dsb. Tentang pekerjaan, saya mau memperbaiki kinerja saya. Terdengar aneh ya untuk bulan ramadhan? Yang dicari malah urusan dunia. Mencari keseimbangan itu ternyata sulit dengan kondisi saya yang sudah memiliki tanggung jawab lebih besar dengan ilmu dan pengalaman saya yang masih terbatas untuk urusan pekerjaan. Bisakah mencari titik temunya? Saya lantas teringat kata-kata ayah saya, bekerja itu juga ibadah. Mungkin bekerja itu juga bagian dari kegiatan spiritual. Satu yang saya percayai dari pekerjaan apapun, bekerja itu harus membawa manfaat dan berguna untuk banyak orang. Saya masih baru lulus, arsitek muda minim pengalaman, dan masih butuh diisi banyak hal. Apa artinya mendesain kalau hanya sekedar pamer-pamer terbangun? Seperti apa sentuhan desain yang mampu membantu penggunanya? Saya tidak mau bikin desain buruk (kalau kita bahas ini bisa semalam suntuk, percayalah). Desain jangan sampai menyusahkan orang lain. Atau minimal, saya berguna bagi teman kantor, bisa menyelesaikan tugas saya. Hehe.

Saya lega sekali, justru di bulan Ramadhan ini saya menemukan bahwa saya senang melakukan ini semua, saya menikmati pekerjaan saya ini terlepas dari hal-hal yang sempat memberatkan saya. Saya mulai tahu hal macam apa yang saya sukai dan saya bangga dengan itu. 

Satu lagi. Saya bersyukur untuk semua yang sudah saya miliki dan apa yang tidak saya miliki. Setiap hari saya masih belajar bersyukur, berlapang dada, dan ikhlas untuk semua yang saya jalani. Ini semua adalah hal-hal yang berhasil saya ingat malam ini, semoga saja ada yang lebih berharga lagi. Jadi, doaku untuk malam ini:
Ya Allah, cukupkanlah aku dengan rezekiMu, berkahilah setiap keinginan dan cita-citaku, dan yang paling penting berguna untuk orang lain.

:')

*Terima kasih mas angga untuk masukannya. Mungkin jawabannya bukan hari ini, tapi yang penting kita terus mencari kan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

It's been like 2 years?

I just finished skimming my post up to end 2012. Before getting married, and after marriage life up to last post before this. I didn't realized my post before marriage are mostly stories about a girl who tried so hard to get out of her miserable life with dark clouds inside her head facing her series of unfortunate events (I intended this blog to chute out those unnecessary garbage). After the wedding, honeymoon phase. Mmm, it was that fun, though. But, since I know this blog has other reader I tried to cover my bad stories. Wasn't like how I intended this blog to. After baby and few jobs, well, my life is actually getting better but still focus on my miserable life! (and list of hopes too) Last one, I wrote so many "haha" after a sentence that I think awkward, which now I find it annoying. Ha! (not haha)  I thought I was a positive person. But, it seems just to cover things up.  Even "let's giggle" this blog tagline is a survival, convincing my life

grown up

Maybe someday, you will learn, you will understand, you will accept everything, and eventually you will grown up. But never in my time, never in my space and time dimension. Maybe you'll always be a kid for me. dan saya dulu terus-menerus menilai anda terlalu tinggi.

sad part of a happy thought

Ada sisi yang bisa membuat saya merasa sedih dari hal yang menyenangkan. Kangen dengan seseorang itu membahagiakan, sesuatu yang patut disyukuri. Kadang, saya bilang "pengen bareng", atau "pengen ada di sana", atau semacamnya. Tapi, lama-lama saya malah jadi sedih karena saya tahu saya gak bisa melakukannya. Saya (jauh) lebih banyak mengucapkannya ketimbang melakukannya. Beberapa kali saya urung mengatakannya. Jadi, saya simpan dalam hati saja. Rasanya omong doang. Dalam setahun saja, mungkin saya 'hanya' 5 kali bertemu dengannya. Pertemuan 1-2 hari menjadi sangat berharga. Hal ini sedikit membuat gusar, kadang. Tapi, harus bagaimana? Harusnya saya bisa lebih ikhlas untuk lebih banyak hal ya? Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT