Travel by seconds
Setiap detik adalah perjalanan. Detik, perhitungan matematis dimensi keempat yang mampu menguatkan, meyakinkan, melemahkan, dan melupakan. Waktu yang akan memperlihatkan semuanya. Akumulasi-akumulasi kehidupan setiap individu sebelumnya. Lahir di dunia, suatu saat akan merangkak, bicara sepatah-dua patah kata, berjalan; anak-anak yang berloncatan kesana kemari yang suatu saat mengalami perubahan fisik pada tubuhnya sebagai tanda pendewasaan; muda-mudi penuh gejolak hingga akhirnya menjadi manusia yang mampu berdiri teguh di setiap momen hidupnya.
Ketika manusia pertama kali hadir di dunia, tak ada yang bisa dilakukannya selain menangis. Manusia lemah tak berdaya tanpa dosa. Setiap orang menantikannya menangis. Perlahan manusia tumbuh menjadi lebih kuat, setiap sarafnya berkembang, setiap ototnya menguat, otaknya menajam. Manusia belajar. Perlahan tumbuh sedikit demi sedikit hingga bisa berlari, melompat, berteriak, hingga menari. Grafik manusia ini naik tajam di fase awal, mulai melembut kenaikannya, lurus, dan di fase akhir menurun: bayi – anak-anak – remaja – dewasa muda – dewasa – paruh baya – tua.
Ketika manusia lahir, ia membutuhkan manusia lain. Ketika manusia mati, ia pun membutuhkan manusia lain. Setidaknya seseorang untuk menguburkannya kembali.
Ketika sudah hampir di akhir, manusia kembali seperti awal kembali. Seorang renta seolah menjadi bayi kembali. Membutuhkan perhatian ekstra. Kata seseorang, mungkin perbedaannya adalah ketika merawat bayi, ada harapan untuk melihatnya berkembang dan beranjak dewasa. Sedangkan ketika merawat renta seperti sedang menghitung hari. Aku terhenyak.
Saya tidak tahu apa lagi yang bisa saya tulis __________________
Komentar
Posting Komentar