Langsung ke konten utama

100617

Travel by seconds

Setiap detik adalah perjalanan. Detik, perhitungan matematis dimensi keempat yang mampu menguatkan, meyakinkan, melemahkan, dan melupakan. Waktu yang akan memperlihatkan semuanya. Akumulasi-akumulasi kehidupan setiap individu sebelumnya. Lahir di dunia, suatu saat akan merangkak, bicara sepatah-dua patah kata, berjalan; anak-anak yang berloncatan kesana kemari yang suatu saat mengalami perubahan fisik pada tubuhnya sebagai tanda pendewasaan; muda-mudi penuh gejolak hingga akhirnya menjadi manusia yang mampu berdiri teguh di setiap momen hidupnya.

Ketika manusia pertama kali hadir di dunia, tak ada yang bisa dilakukannya selain menangis. Manusia lemah tak berdaya tanpa dosa. Setiap orang menantikannya menangis. Perlahan manusia tumbuh menjadi lebih kuat, setiap sarafnya berkembang, setiap ototnya menguat, otaknya menajam. Manusia belajar. Perlahan tumbuh sedikit demi sedikit hingga bisa berlari, melompat, berteriak, hingga menari. Grafik manusia ini naik tajam di fase awal, mulai melembut kenaikannya, lurus, dan di fase akhir menurun: bayi – anak-anak – remaja – dewasa muda – dewasa – paruh baya – tua.

Ketika manusia lahir, ia membutuhkan manusia lain. Ketika manusia mati, ia pun membutuhkan manusia lain. Setidaknya seseorang untuk menguburkannya kembali.

Ketika sudah hampir di akhir, manusia kembali seperti awal kembali. Seorang renta seolah menjadi bayi kembali. Membutuhkan perhatian ekstra. Kata seseorang, mungkin perbedaannya adalah ketika merawat bayi, ada harapan untuk melihatnya berkembang dan beranjak dewasa. Sedangkan ketika merawat renta seperti sedang menghitung hari. Aku terhenyak.

Saya tidak tahu apa lagi yang bisa saya tulis __________________

Komentar

Postingan populer dari blog ini

It's been like 2 years?

I just finished skimming my post up to end 2012. Before getting married, and after marriage life up to last post before this. I didn't realized my post before marriage are mostly stories about a girl who tried so hard to get out of her miserable life with dark clouds inside her head facing her series of unfortunate events (I intended this blog to chute out those unnecessary garbage). After the wedding, honeymoon phase. Mmm, it was that fun, though. But, since I know this blog has other reader I tried to cover my bad stories. Wasn't like how I intended this blog to. After baby and few jobs, well, my life is actually getting better but still focus on my miserable life! (and list of hopes too) Last one, I wrote so many "haha" after a sentence that I think awkward, which now I find it annoying. Ha! (not haha)  I thought I was a positive person. But, it seems just to cover things up.  Even "let's giggle" this blog tagline is a survival, convincing my life

grown up

Maybe someday, you will learn, you will understand, you will accept everything, and eventually you will grown up. But never in my time, never in my space and time dimension. Maybe you'll always be a kid for me. dan saya dulu terus-menerus menilai anda terlalu tinggi.

sad part of a happy thought

Ada sisi yang bisa membuat saya merasa sedih dari hal yang menyenangkan. Kangen dengan seseorang itu membahagiakan, sesuatu yang patut disyukuri. Kadang, saya bilang "pengen bareng", atau "pengen ada di sana", atau semacamnya. Tapi, lama-lama saya malah jadi sedih karena saya tahu saya gak bisa melakukannya. Saya (jauh) lebih banyak mengucapkannya ketimbang melakukannya. Beberapa kali saya urung mengatakannya. Jadi, saya simpan dalam hati saja. Rasanya omong doang. Dalam setahun saja, mungkin saya 'hanya' 5 kali bertemu dengannya. Pertemuan 1-2 hari menjadi sangat berharga. Hal ini sedikit membuat gusar, kadang. Tapi, harus bagaimana? Harusnya saya bisa lebih ikhlas untuk lebih banyak hal ya? Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT